Hemangioma Hepar adalah salah satu bentuk lesi fokal pada hepar yang sering terjadi dengan insidensi rata-rata sebesar 7% dari total populasi di dunia.1 Sedangkan, di Amerika Serikat lebih kurang hingga 5% populasinya menderita hemangioma kecil di hepar.2 Di Indonesia, belum terdapat data ilmiah yang cukup, penelitian terkait, maupun literatur yang menjelaskan mengenai prevalensi dari penyakit ini.
Dari laporan yang ada, lebih dari 50% penyakit ini umumnya tidak memiliki gejala yang spesifik, bahkan penemuannya seringkali tidak sengaja ketika penderita melakukan pemeriksaan ultrasonografi. Namun demikian, pada sebagian penderita penyakit ini dapat menimbulkan keluhan gastrointestinal yang dapat mempengaruhi asupan nutrisi pada penderita. Dari berbagai jurnal dilaporkan bahwa penyakit ini dapat menyebabkan terjadinya obstruksi pada gastric outlet, irritable bowel syndome, inflammatory bowel disease, maupun ulkus peptik. Penderita biasanya mengeluhkan rasa cepat kenyang, tidak nafsu makan, mual muntah, rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut, dapat membuat gangguan asupan dan menyebabkan penurunan berat badan yang berujung pada keadaan malnutrisi apabila penyakit ini tidak tertangani dengan baik.3–6 Ketika pasien menjalani tindakan pembedahan, patofisiologi maupun komplikasi terkait reseksi hepar harus menjadi perhatian dalam pemberian nutrisi pada penderita hemangioma hepar paska pembedahan.7–12
Protokol ERAS dalam tata laksana nutrisi yang telah lama dijalankan pada prosedur bedah elektif kolorektal telah diketahui memiliki hasil keluaran yang baik pada percepatan penyembuhan penderita serta pemendekan masa rawat. Namun, bagaimana aplikasinya dalam bedah hepatobilier saat ini masih menjadi bahan diskusi dalam berbagai penelitian. Penelitian Page dan kawan-kawan mengemukakan bahwa protokol ERAS sangat direkomendasikan untuk dijalankan pada pasien-pasien yang menjalani hepatektomi. Sementara itu, Xu dan kawan-kawan mengemukakan bahwa protokol ERAS dapat dilakukan secara individual pada pasien-pasien yang menjalani hepatektomi parsial, disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kemampuan pasien, dalam hal ini protokol ERAS adalah protokol opsional yang dapat menjadi pilihan bagi klinisi. Selain protokol ERAS, rekomendasi ESPEN terkait tata laksana nutrisi perioperatif serta pemberian nutrisi enteral/parenteral pada penyakit hepar menjadi pokok acuan dalam pembahasan makalah ini.13–18
Berdasarkan hal tersebut, perlu diteliti lebih lanjut tentang bagaimana seharusnya tata laksana nutrisi pada pasien-pasien yang menjalani bedah reseksi hepar. Laporan kasus ini dibuat sebagai bagian dari proses pembelajaran untuk menjelaskan tata laksana nutrisi pada pasien hemangioma hepar yang menjalani sektionektomi.
Terapi nutrisi adalah bagian penting dalam tata laksana pasien-pasien dengan hemangioma hepar yang menjalani pembedahan. Dukungan nutrisi yang baik dapat mendukung proses regenerasi hepar, mencegah pasien mengalami komplikasi (sepsis, ensefalopati, dan kegagalan hati), serta mencegah pasien jatuh dalam keadaan malnutrisi.
Pasien pada laporan kasus adalah perempuan berusia 51 tahun dengan diagnosis hemangioma hepar segmen 2 dan 3 yang menjalani sektionektomi. Tata laksana nutrisi perioperatif pada pasien disesuaikan dengan kondisi pasien. Perhitungan kebutuhan kalori pada pasien menggunakan formula Harris-Benedict. Kebutuhan nutrisi pada pasien dihitung dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain atau komorbid yang terdapat pada pasien. Penerapan protokol ERAS dengan pemberian nutrisi enteral dini pada pasien-pasien bedah laparotomi reseksi hepar parsial diprioritaskan untuk dapat dilakukan apabila kondisi pasien memungkinkan, karena integritas dari saluran pencerhaan pasien pada dasarnya tidak terganggu. Kombinasi parenteral dan enteral dilakukan jika asupan enteral tidak dapat mencapai 60% dari kebutuhan nutrisi seharusnya. Pemberian nutrisi parenteral adalah kurang lebih 50 mL/kg/hari untuk pasien dewasa yang membutuhkan nutrisi parenteral total dan tidak melebihi 3 liter untuk berat badan orang dewasa sebesar 70 kg. Pemberian nutrisi paska operatif dimulai dengan kalori rendah terlebih dahulu karena pasien-pasien dengan penyakit hepar tidak dapat menolerir jumlah asupan yang terlalu tinggi. Besaran energi awal yang dianjurkan adalah berkisar di 21-23 kkal/kg/hari. Dari penelitian lain, dikatakan bahwa pemberian nutrisi awal dimulai dari 18 kkal/kg/hari selama 3-4 hari terbukti bermanfaat dalam regulasi gula darah dan mensukseskan rehabilitasi pasien. Hingga pemantauan terakhir, energi diberikan pada pasien ini sebesar 31 kkal/kgBB, dengan target protein pada 1,5 g/kgBB, lemak sebesar 26% dan karbohidrat sebesar 55%. Pasien dan keluarga diberikan edukasi dan informasi terkait nutrisi serta pola aktivitas fisik/hidup yang dapat dilakukan pada pasien paska reseksi hepar parsial untuk mendukung proses penyembuhan pasien.
Referensi:
- Averdi Roezin, Aninda Syafril. Karsinoma Nasofaring. Dalam: Efiaty A. Soepardi (ed). Buku ajar ilmu penyakit telinga hidung tenggorok. Edisi kelima. Jakarta : FK UI, 2001. h. 146-50.
- American Liver Foundation. Liver Benign Tumors Definition Pathology. 2016. http://www.liverfoundation.org/abouttheliver/info/benigntumors (diakses 1 Juli 2017)
- Toro et al. What is changing in indication and treatment of hepatic hemangiomas. A review. Annals of Hepatology 2014;13:327-339.
- Mayo Clinic. Liver Hemangioma Definition, Symptomp, Cause, Pathology 2015. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/liver hemangioma/symptoms-causes/dxc-20240219 (diakses 1 Juli 2017)
- Etemadi et al. Cavernous hemangioma of the liver: factors affecting disease progression in general hepatology practice. Eur J Gastroenterol Hepatol 2011; 23(4): 354–358.
- Aydin et al. Giant Hepatic Hemangioma Presenting as Gastric Outlet Obstruction. Int Surg 2013;98:19–23
- Richter T.C, Schmandra M, Golling W.O, Bechstein. Nutritional Support after Open Liver Resection: A Systematic Review. Dig Surg 2006;23:139–145
- Effects on Nutrition of Surgery of the Liver, Pancreas, and Genitourinary Tract. Cancer Research 1977;37:2387–2394.
- Chiarla et al. Parenteral Nutrition in Liver Resection. Journal of Nutrition and Metabolism 2012; 20: 1-5
- Kauffman R dan Fong Y. Post-hepatectomy liver failure. Hepatobiliary Surg Nutr 2014;3(5):238-246
- Wrighton et al. Postoperative management after hepatic resection. J Gastrointest Oncol 2012;3:41-47
- Sun Y, Yang Z, Tan H. Perioperative nutritional support and fluid therapy in patients with liver diseases. Hepatobiliary Surg Nutr 2014;3(3):140-148
- Nanavati AJ, et al. Enhanced Recovery After Surgery: If You Are Not Implementing it, Why Not? Practical Gastroenterology 2016;151:46-56
- Page, A. J et al. Enhanced Recovery After Surgery Protocols for Open Hepatectomy—Physiology, Immunomodulation, and Implementation. Journal of Gastrointestinal Surgery 2015;19(2):387-399.
- Xu et al. Nonstrict and individual enhanced recovery after surgery (ERAS) in partial hepatectomy. SpringerPlus 2016;5:2011
- Weimann et al. ESPEN guideline: Clinical nutrition in surgery. Clinical Nutrition 2017;36:623–650
- Plauth et al. ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Liver disease. Clinical Nutrition 2017;36:623–650
- Plauth et al. ESPEN Guidelines on Parenteral Nutrition: Hepatology Clinical Nutrition 2009;28:436–444