Berdasarkan data Riskesdas 2013, pneumonia bersama-sama dengan infeksi saluran pernapasan akut dan tuberkulosis paru menjadi penyakit menular melalui udara yang masih cukup tinggi prevalensinya hingga saat ini. Prevalensi pneumonia tahun 2013 adalah sebesar 4,5% dengan kejadian yang semakin meningkat pada usia yang lebih tua.1
Pneumonia berkaitan erat dengan sistem imunitas tubuh dan kesehatan traktus respiratori seseorang, begitupun halnya dengan DM dan Obesitas. Obesitas dihubungkan sebagai faktor resiko untuk terjadinya diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, serta penurunan sistem imunitas tubuh, sehingga akhirnya ketiga keadaan ini dapat saling terhubung. Tak hanya karena terjadinya penurunan sistem imunitas, kasus pneumonia dan stress hiperglikemia juga dapat terjadi pada pasien paska operasi jantung. Hal ini disebabkan oleh terjadinya penurunan sistem imunitas paska kejadian hipermetabolik dan status katabolik yang memicu terjadinya resistensi insulin sehingga terjadilah pneumonia atau keadaan hiperglikemia paska operasi bedah jantung.2,3,4
Penanganan tatalaksana nutrisi pada pneumonia, DM, dan obesitas hingga saat ini masih belum banyak dibahas, oleh karena biasanya pneumonia lebih banyak terjadi pada pasien-pasien dengan malnutrisi dan cukup jarang terjadi pada penderita DM, dan biasanya pada penderita DM lebih sering terjadi tuberkulosis paru daripada pneumonia. Perlunya penurunan berat badan, komposisi makro dan mitronutrien yang tepat untuk diet yang dapat menyokong sistem imunitas sekaligus mencapai target keberhasilan nutrisi pada penderita pneumonia dan DM, menjadi topik yang akan dibahas pada makalah ini.5,6
Untuk membahas hal tersebut di atas maka penulis membuat laporan kasus ini yang akan membahas tatalaksana nutrisi pada seorang pasien dengan pneumonia dan diabetes melitus dengan status nutrisi obesitas paska operasi bedah jantung CABG dan MRV mekanik tahun 2008.
Pneumonia merupakan penyakit serius yang dapat terjadi pada semua usia namun lebih berbahaya pada anak, lansia, dan yang mempunyai masalah medis yang mendasarinya seperti penyakit jantung, diabetes dan penyakit paru kronis. Pneumonia menyebabkan kesulitan bernafas, batuk dan nyeri dada yang membuat penurunan asupan makan dan berat badan. Pneumonia umumnya terjadi pada orang-orang dengan sistem imun yang terganggu, sehingga peranan nutrisi pada pneumonia bertujuan untuk menyokong sistem imunitas tubuh. Diabetes merupakan faktor risiko independen terhadap terjadinya semua infeksi saluran nafas bagian bawah termasuk pneumonia. Oleh karena itu, kontrol glikemik yang optimal membuat outcome klinis pasien menjadi lebih baik.
Pasien dalam kasus ini didiagnosis pneumonia, dengan diabetes melitus tipe 2, status nutrisinya obesitas, dengan riwayat operasi jantung CABG+MRV mekanik pada tahun 2008. Perhitungan kebutuhan energi basal menggunakan Harris-Benedict. Kebutuhan energi total untuk pasien dengan TB paru, pneumonia dan DM menggunakan faktor stres 1.1-1.4. Karena asupan pasien yang sudah cukup baik sejak awal masa rawat maka pasien diberikan nutrisi lebih dari kebutuhan basal dan hampir mencapai KET ketika masa rawatan selesai. Asupan protein untuk pasien pneumonia dapat diberikan 15-20% total kalori, asupan lemak disarankan untuk pasien pneumonia dapat diberikan sekitar 25-30% total kalori, serta disarankan untuk mengkonsumsi ikan minimal 2-3 kali seminggu. Asupan karbohidrat yang disarankan adalah sebesar 59% sesuai dengan rekomendasi PERKENI sebesar 45-65% asupan energi total sedangkan menurut literatur disarankan asupan karbohidrat untuk pasien sesuai gizi seimbang yaitu 55-60%. Pada pemantauan pasien sudah berhenti batuk darah pada hari rawatan ke-3, sesak tidak ada, kapasitas fungsional meningkat, asupan meningkat, kontrol glikemik diasumsikan baik dan terkontrol, dan pasien pulang dalam keadaan sudah mengalami penyembuhan. Pasien juga diberikan edukasi seputar pola makan di rumah agar pasien dapat hidup lebih sehat dari sebelumnya. .
Referensi:
- RISET KESEHATAN DASAR. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI; 2013.
- Pneumonia komuniti pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2003.
- Katona et al. The Interaction between Nutrition and Infection. Clinical practice 2008;46:1583–99
- Duncan AE, Abd-Elsayed A, Maheshwari A, et al.G: Role of intraoperative and postoperative blood glucose concentrations in predicting outcomes after cardiac surgery. Anesthesiology 2010; 112: 860–713
- Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo-Departemen Kesehatan Republik Indonesia-World Health Organization. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2005.
- Guideline: Nutritional care and support for patients with tuberculosis. Geneva: World Health Organization; 2013.