Terapi Nutrisi pada Diabetes Melitus dan Stroke

Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi diabetes melitus di Indonesia dari 5,7%  tahun 2007 menjadi 6,9%  atau sekitar  sekitar  9,1 juta pada tahun 2013. Data International Diabetes Federation tahun  2015  menyatakan jumlah estimasi penyandang diabetes melitus di Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi diabetes melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang.1,2

Keadaan hiperglikemia yang terjadi dari waktu ke waktu pada diabetes melitus dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah. Data dari RSUPN. Dr. Cipto Mangunkosumo menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus yang dirawat pada tahun 2011, telah mengalami neuropati (54%), retinopati diabetik (33%), gagal jantung (2,7%), dan stroke (5,3%).2,3

Panduan pengendalian diabetes melitus yang dikeluarkan oleh American Diabetes Association, mengemukakan bahwa manajemen gaya hidup adalah faktor yang sangat fundamental dalam terapi diabetes melitus. Manajemen gaya hidup ini meliputi kegiatan edukasi, terapi nutrisi, aktifitas fisik, konseling berhenti merokok, dan perawatan psikososial. Sedangkan, panduan tatalaksana pada stroke yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi), menempatkan pengaturan pola makan sehat di tempat teratas dalam upaya pencegahan primer pada stroke dan inisiasi terapi nutrisi oral maupun enteral pada tatalaksana stroke akut di ruang rawat.3,4,5. German Society for Clinical Nutrition dan Scottish Intercollegiate Guidelines Network telah mengeluarkan panduan tata laksana pasien stroke dengan diabetes melitus yang di dalamnya termasuk membahas aspek pemberian nutrisi sebagai aspek fundamental.6,7 Berbagai penelitian terkait pencegahan diabetes ataupun stroke juga telah banyak dipublikasikan. Sebuah penelitian mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara asupan karbohidrat, indeks glikemik, dan asupan serat dengan faktor risiko terjadinya stroke.8 Sementara itu, dikatakan bahwa asupan lemak juga berpengaruh dalam meningkatkan faktor risiko terjadinya diabetes melitus.9 Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa kacang-kacangan dan polong-polongan dikatakan dapat mencegah terjadinya penyakit jantung iskemik, stroke, dan diabetes.10

Uraian di atas menyimpulkan bahwa aspek nutrisi adalah aspek penting pada pencegahan maupun manajemen pasien-pasien diabetes melitus maupun stroke. Oleh karena itu, penulis mengangkat kasus ini untuk dijadikan sebuah bahan pembelajaran mengenai tata laksana pasien-pasien diabetes melitus yang telah mengalami komplikasi, khususnya komplikasi serebrovaskular. Pada makalah ini, diangkat sebuah kasus pada seorang pasien stroke non-hemoragik yang sebelumnya telah menderita diabetes melitus. Diharapkan dengan mengangkat kasus ini menjadi sebuah makalah, dapat menjadi bahan pembelajaran dalam tata laksana pasien diabetes melitus dengan stroke non-hemoragik.

Berbagai penelitian dikatakan bahwa diabetes mellitus sudah terbukti sebagai faktor risiko stroke dengan peningkatan risiko relatif lebih tinggi pada stroke iskemik daripada stroke hemoragik. Komplikasi jangka panjang dari diabetes menyebabkan mikroangiopati dan makroangiopati. Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina, glomerulus ginjal, dan saraf–saraf perifer.  Gambaran histopatologi makroangiopati berupa arterosklerosis. Hiperglikemia berat yang melebihi ambang batas reabsorbsi glukosa oleh ginjal menyebabkan glikosuria yang berakibat terjadinya diuresis osmotik sehingga terjadi poliuri dan polidipsi. Karena glukosa hilang bersama urin, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan timbul polifagia yang dapat disertai dehidrasi dan kehilangan cairan elektrolit. Darah mengalami kepekatan dan membuat darah menggumpal (trombosis) yang berhubungan dengan proses terjadinya aterosklerosis yang selanjutnya dapat menghasilkan penyempitan pembuluh darah yang mengarah ke otak.

Pasien pada laporan kasus adalah laki-laki berusia 64 tahun dengan diagnosis CVD-non hemoragik dengan DM tipe 2. Tata laksana nutrisi diberikan pada pasien ini sebagai bagian dari terapi yang berguna mendukung proses kesembuhan penyakit. Tata laksana nutrisi pada pasien disesuaikan dengan kondisi pasien yang mengalami serangan stroke akut. Setelah hemodinamik stabil pemberian nutrisi dimulai pada target 15-20 kkal/lgBB, dengan target protein pada 1-1,5 g/kgBB dan karbohidrat sebesar 55-60%, dengan memperhatikan faktor-faktor risiko yang mendasarinya yaitu adanya DM, hipertensi, dan hiperkolesterolemia. Hingga pasien pulang, energi yang diberikan terus diberikan meningkat dan asupan pasien membaik, hingga tercapai kebutuhan energi basal. Hemiparese sebelah kiri belum teratasi, tetapi terdapat perbaikan keadaan umum, kondisi klinis, dan toleransi asupan sehingga setelah hari rawat ke 10 pasien diperbolehkan pulang. Pasien dan keluarga diberikan edukasi dan informasi terkait nutrisi dan telah dimengerti dengan baik.

Referensi:

  1. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta. 2014
  2. KEMENKES RI. Situasi dan Data Analisis Data Diabetes. Jakarta. 2014.
  3. Konsensus Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta. 2011.
  4. Standards of Medical Care in Diabetes. Diabetes Care 2017;40(1):1–142.
  5. Pokdi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Guideline stroke 2011.
  6. Wirth et al. Guideline clinical nutrition in patients with stroke. Experimental & Translational Stroke Medicine 2013,5:14:1–11
  7. Scottish Intercollgiate Guidelines Network, Management of patients with stroke: identification and management of dysphagia, A national clinical guideline, Juni 2010.
  8. Kyungwon et al. Carbohydrate Intake, Glycemic Index, Glycemic Load, and Dietary Fiber in Relation to Risk of Stroke in Women. Am J Epidemiol 2005;161:161–169.
  9. Salmeron et al. Dietary fat intake and risk of type 2 diabetes in women. Am J Clin Nutr 2001;73:1019–26.
  10. Afshin A, Renata M, Shahab K, Dariush M. Consumption of nuts and legumes and risk of incident ischemic heart disease, stroke, and diabetes: a systematic review and meta-analysis. Am J Clin Nutr 2014;113:1–11.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *